JAKARTA — Stasiun Kepanjen, Malang Selatan, Ahad, 25 Desember 2021. Matahari baru menampakkan dirinya di puncak Gunung Semeru ketika kereta api yang aku naiki perlahan berhenti di stasiun kecil selatan Malang ini. Aku dalam perjalanan melihat aktivitas Lazismu dan MDMC terkait erupsi Semeru di Kabupaten Lumajang. Kantukku belum lagi hilang sepenuhnya. Aku berangkat dari Stasiun Tugu jam 00.30 dinihari dan sebelumnya beberapa jam mengikuti rapat online BP Lazismu. Tidurku yang biasanya nyenyak di kereta api malam ini sedikit kurang nyaman. Sandaran kursi tempat dudukku tidak bisa direbahkan. Maklumlah kereta api kelas bisnis. Tetapi ketika melangkah keluar dari stasiun aku terkejut. Ada lima mobil menyambut kedatanganku. Mereka adalah rombongan PDM Lumajang, Lazismu Lumajang, PDM dan PDA Kabupaten Malang, Tim MDMC, dan tentu saja tim Lazismu Jatim. Sungguh ini penghormatan yang luar biasa. Maka lelah dan kantukku sirna seketika.
Sebelum menuju lereng Semeru, kami singgah di dua titik. Titik pertama rumah makan. Sepiring nasi rawon, segelas kopi susu, dan suasana hangat rombongan menguatkan kembali jasmani dan ruhaniku. Titik kedua rumah dr. Sri Sunarti, Sp.PD pengurus Aisyiyah Kabupaten Malang. Beberapa kamar bersih ber-AC lengkap dengan kamar mandi siap menjadi tempat transit tokoh Muhammadiyah yang berkunjung di kawasan Malang Selatan. Aku kembali segar setelah mandi dan berganti baju dinas Lazismu. Kesegaranku berkembang menjadi haru ketika berkeliling ke bagian belakang rumah. Rumah ini seperti botol, besar ke dalam. Ada gedung asrama bertingkat, ruang-ruang kelas, dan kantor. Lalu ada 90 santri penghuni yang sedang menyambut pagi dengan gembira. Mereka bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris. Rumah keluarga ini ternyata sudah diwakafkan dan menjadi Panti Asuhan dan MBS Al Amin Putri. Orang-orang seperti keluarga Bu Dokter inilah yang banyak membesarkan Muhammadiyah dimana-mana. Orang-orang yang suka berbagi.
Selanjutnya kesegaran dan keharuanku bertambah dengan sebuah kebanggaan. Aku disinggahkan di SMK Muhammadiyah Gondang Legi. Sekolah ini sangat menarik. Gedung utamanya berlantai lima. Laboratoriumnya yang bernama Samsung Tech Institute dan arsitektur yang futuristik membuat aku merasa seakan sedang berada di Korea. SMKM ini telah menginspirasi banyak SMK Muhammadiyah lainnya. Salah satunya SMKM Adiwerna Tegal. Menurut Kang Amir, teman SMA-ku yang menjadi PCM Adiwerna, SMKM Adiwerna mulai bangkit dua tahun terakhir ini. Sebelumnya nyaris kehabisan murid. Tahun ini mereka harus menambah ruang baru seiring dengan peningkatan berlipat jumlah siswa baru. Ini semua berkat sentuhan dan inspirasi dari SMKM Gondanglegi. Pagi ini di SMKM Gondanglegi kami mengunjungi KL Lazismu yang sudah berdiri lama. Kami diantar Ustadz Anis, amil Lazismu sekaligus dai LDK untuk kawasan Malang Selatan. Kami menikmati kebanggaan ber-Lazismu dan ber-AUM di lembaga pendidikan yang hebat ini.
Kesegaran, keharuan, dan kebanggan, mengantarkan aku melanjutkan perjalanan bersama rombongan menuju lereng Gunung Semeru di Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Jarak Kepanjen-Pronojiwo tidak jauh. Hanya 57 km. Tetapi kondisi jalan berbelok-belok membuat perjalanan tidak bisa terlalu laju. Aku menikmati perjalanan ini karena serasa perjalanan menuju kampung halamanku di Kerinci di tengah Bukit Barisan Sumatera Tengah. Beberapa bukit dengan hutan primer yang masih terpelihara membuat kesan pulang kampung menjadi makin terasa. Udara juga terasa sangat sejuk. Seandainya rumah-rumah penduduk beratapkan seng maka suasana pegunungan di lereng Semeru ini persis sama seperti di kawasan bukit barisan di Sumatera. Aku memang sudah lama rindu kampung halaman. Sejak pandemi Covid-19 melanda dan aktivitas di Lazismu meningkat pesat, dua tahun sudah aku menahan rindu pada kampung halamanku. Dasar orang kampung.
Sekitar jam 10.00 pagi kami sampai di titik pertama pengungsian di Pronojiwo. Pronojiwo berubah menjadi kota relawan. Dimana-mana berdiri posko dengan bendera dan atribut masing-masing lembaga kemanusiaan. Nasional maupun lokal. Beberapa posko sudah menarik diri. Salah satu yang masih bertahan adalah pos koordinasi (Poskor) MDMC-Lazismu. Ketika kami tiba suasana Poskor ini sangat hidup. Puluhan anak muda berseragam Relawan Muhammadiyah sibuk melaksanakan tugas masing-masing. Menariknya ada banyak ibu-ibu yang tidak kalah sibuknya. Juga ada rombongan demi rombongan yang datang menyerahkan langsung bantuan untuk penyintas. Aku diminta teman-teman sebagai orang pusat mewakili mereka menerima bantuan demi bantuan itu secara simbolis. Tercatat ibu-ibu dari PCA DAU Malang datang dengan nilai bantuan sebesar Rp. 8.500.000,-. Mereka mereka juga menyerahkan beberapa kardus berisi berbagai barang keperluan para pengungsi.
Sekitar seratus meter di arah belakang Poskor sebuah rumah milik salah satu pengurus PCM Pronojiwo bertambah fungsi menjadi dapur umum. Di sini bersama rombongan aku menemui beberapa ibu. Mereka ternyata berasal dari Cabang-cabang Aisyiah di seputar Gunung Semeru. Atas izin suami mereka berjihad meninggalkan keluarga. Mereka menjadi juru masak selama beberapa minggu di dapur umum untuk keperluan para pengungsi korban letusan Gunung Semeru. Menariknya lagi di dapur umum ini juga terlihat aktif beberapa remaja Angkatan Muda Muhammadiyah, putra maupun putri. Sebagian dari mereka adalah anggota Tapak Suci. Mereka dengan gembira mengambil peran membantu ibu-ibu Aisyiah memasak di dapur umum. Kepada adik-adik ini dengan sedikit bergurau aku berpesan, “Adik-adik jaga kesahatan ya. Relawan tidak boleh sakit. Kalau ada takdir, kalian juga boleh menemukan jodoh disini. Orang baik tentu akan bertemu dengan orang baik juga.”
Titik kunjungan kami berikutnya adalah lokasi psikososial. Lokasi ini berada di halaman rumah penduduk dimana penyintas mengungsi. Di atas bentangan terpal relawan memandu anak-anak yang duduk melingkar. Mereka melakukan permainan edukatif. Pada setiap bencana alam anak-anak sebagaimana orang dewasa juga menjadi korban. Bagi anak-anak bencana sering membuat trauma berkepanjangan. Maka kepada mereka diperlukan pendampingan psikososial. Pendampingan ini dilakukan oleh relawan yang umumnya adalah mahasiswa fakultas psikologi atau jurusan pendidikan. Di Pronojiwo ini mereka berasal dari beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah di Jatim. Kegembiraan anak-anak ini membuat aku tidak tahan untuk tidak bergabung. Demikian juga dengan Arif Jamali Muis Wakil Ketua MDMC. Kami masuk ke dalam lingkaran anak-anak dan terlibat permainan yang menyenangkan ini. Penutup dari kebahagiaan bersama kami disini adalah penyerahan simbolis family kit yang berisi kebutuhan sehari-hari sebanyak 50 paket kepada para keluarga penyintas.
Selanjutnya kami meninjau lokasi terdampak langsung erupsi Semeru. Dengan tiga mobil lapangan triton milik Muhammadiyah yang selalu siap di lokasi kami menuju dusun terdekat. Mobil-mobil dobel gardan ini sudah dikenal masyarakat di sekitar bencana karena sering bolak-balik mengantar berbagai keperluan terkait kebencanaan. Bahkan Bupati Lumajang pun suka menaiki mobil ini ketika meninjau lokasi bencana. Sekitar lima kilometer perjalanan dari Poskor kami memasuki dusun Supiturang Desa Oro-oro Ombo. Dari sebelah timur dusun ini kami bisa melihat langsung sungai Curah Kobokan jalur aliran awan panas dan lahar dingin. Tiga minggu setelah kejadian (04/12/21) dampak letusan masih sangat terlihat nyata. Seluruh sisi-sisi sungai yang lebarnya ratusan meter dengan ketinggian tebing tidak kurang sepuluh meter seakan melepuh karena terjangan awan panas dan lahar dingin. Beberapa bangkai alat berat penambang pasir nampak di tengah sungai. Kepulan asap masih terlihat di tengah sungai yang tertutup lahar dingin. Puluhan rumah penduduk hancur berantakan.
Sepulang dari Oro-oro Ombo kami langsung menuju Pos Emergency Medical Team (EMT). Pos ini berada di tepi jalan raya Malang-Lumajang. Di jalur ini kami tidak bisa melihat jembatan yang putus diterjang lahar dingin di jalur ini. Kawasannya ditutup pihak berwajib dengan alasan keamanan. Di jalur ini selain Poskor MDMC, Muhammadiyah memiliki Pos EMT dan Pos PCM Pronojiwo. Pos EMT adalah pos kesehatan yang dibentuk oleh Majelis PKU Muhammadiyah. Tim Kesehatannya terdiri dari para dokter dan paramedis. Mereka berasal dari gabungan rumah sakit Muhammadiyah terdekat. Di Pronojiwo EMT memanfaatkan sebuah gedung pemerintah milik Dinas Pertanian. Dari titik ini layanan kesehatan untuk para pengungsi dikoordinasikan sejak hari-hari pertama gunung meletus. Sebagaimana di berbagai lokasi bencana lainnya layanan EMT Muhammadiyah ini sangat dibutuhkan masyarakat. Di Pronojiwo layanan EMT akan terus dipertahankan sampai beberapa bulan ke depan.
Terakhir kami singgah di Posyan milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pronojiwo. PCM Pronojiwo ini sebelumnya lama vakum dan baru saja dilantik oleh PDM Lumajang. Meletusnya gunung Semeru membuat banyak kader Muhamadiyah di kawasan ini kembali kompak. Umumnya mereka adalah para anggota Tapak Suci yang sudah lama berdiri disini. Untuk itu mereka mendirikan Posko PCM. Karena lama tidak aktif mereka tidak tahu bahwa MDMC maupun EMT adalah bagian dari Persyarikatan. Sedangkan tim MDMC ketika datang pertama kali tidak menemukan aset Persyarikatan yang bisa dijadikan Poskor. Akhirnya disepakati posko PCM ini menjadi Pos Layanan di bawah koordinasi Poskor MDMC. Di Posyan PCM ini terlihat kesibukan yang tinggi warga Muhammadiyah Pronojiwo. Logisitik melimpah dan suasana guyub sangat terasa. Kemudian kami mengakhiri peninjauan lapangan hari ini dengan makan bersama di rumah Pak Gunawan, ketua PCM Pronojiwo. Suasana kebersamaan, rumah Pak Gun yang asri, dan sajian makan siang yang enak dari tuan rumah membuat aku malas meninggaalkan Pronojiwo. (BERSAMBUNG)
Menteng Raya 62 Jakarta, 06 Januari 2022
Mahli Zainuddin Tago
[PR Lazismu PP Muhammadiyah/Mahli Zainuddin Tago]