Yogyakarta – RAKERNAS LAZISMU 2025 di Yogyakarta menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen sosial dan inovasi program-program LAZISMU. Salah satu momen yang paling berkesan dalam acara ini adalah penampilan Kemal Pasha Wijaya, seorang penerima Beasiswa Sang Surya dari LAZISMU DIY. Kemal, yang tampil sebagai juru bicara bahasa isyarat, membawa pesan kuat tentang pentingnya inklusi sosial, khususnya bagi penyandang disabilitas. Penampilannya tidak hanya mencerminkan potensi besar komunitas difabel, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya memberikan ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam masyarakat.
Dalam kesempatannya berbicara di hadapan para peserta RAKERNAS, Kemal dengan penuh semangat membagikan kisah perjalanan pribadinya. Ia menceritakan bagaimana ia mempelajari bahasa isyarat di Pusbisindo, sebuah pusat pelatihan bahasa isyarat yang menjadi awal perjalanannya dalam mendalami komunikasi inklusif. Dengan gerakan tangan yang penuh ekspresi dan antusiasme yang membara,
“Dulu aku ikut kursus di Pusbisindo, terus aku juga sering ngobrol sama teman-teman Tuli. Kalau awalnya itu karena baru tau waktu jadi maba kalau di UIN ada mahasiswa difabel. Terus semakin tertarik untuk cari tau tentang ituu sih. Kalau awal interaksi sama temen Tuli itu waktu ke Sunyi Coffe,” ungakapnya.
Kemal berhasil menarik perhatian peserta. Ia menunjukkan bahwa bahasa isyarat bukan sekadar alat komunikasi bagi penyandang disabilitas, tetapi juga sebuah sarana untuk menjembatani berbagai kelompok masyarakat. Kemal percaya bahwa bahasa isyarat mampu menjadi media untuk menyebarkan semangat kebajikan, sekaligus memperkuat rasa solidaritas sosial.
Kemal juga menyampaikan pesan penting bahwa setiap individu, terlepas dari keterbatasan fisik atau kondisi apapun, memiliki potensi besar untuk berkontribusi bagi masyarakat. Ia mengajak para peserta untuk lebih peduli dan mendukung komunitas difabel melalui tindakan nyata.
Penampilannya bukan hanya menginspirasi, tetapi juga menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menciptakan ruang inklusif bagi penyandang disabilitas. Dengan memberikan kesempatan yang setara, semua individu dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan berdaya.
Komitmen LAZISMU untuk mendukung inklusi sosial semakin terlihat dalam RAKERNAS ini. Kehadiran Kemal menjadi simbol dari visi LAZISMU yang ingin mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap penyandang disabilitas. Program-program LAZISMU ke depan akan terus mendorong peningkatan akses pendidikan, pelatihan, dan pengembangan kapasitas bagi komunitas difabel. Langkah ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk berpartisipasi lebih luas dalam berbagai bidang kehidupan.
Semangat yang ditunjukkan Kemal Pasha Wijaya menjadi energi baru bagi LAZISMU dalam memperluas dampak sosialnya. Penampilannya menegaskan bahwa inovasi sosial dapat lahir dari mana saja, bahkan dari individu yang berani melampaui batasan yang ada.
Melalui dukungan dan kerja sama yang lebih erat dengan berbagai pihak, LAZISMU optimis dapat mewujudkan masyarakat inklusif yang memberikan ruang dan kesempatan bagi semua orang untuk tumbuh dan berkembang bersama. RAKERNAS 2025 pun menjadi bukti bahwa langkah kecil yang diambil dengan kesungguhan hati mampu menciptakan perubahan besar yang dirasakan oleh banyak pihak.