Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadapi tantangan serius sebagai wilayah dengan kepadatan perguruan tinggi tertinggi di Indonesia, tetapi tercatat sebagai daerah termiskin di Pulau Jawa selama dua tahun berturut-turut. Paradoks ini kembali menjadi sorotan dalam acara Public Expose LAZISMU DIY yang digelar di Sekar Kedhaton Kotagede Yogyakarta, Sabtu (11/1/2025).
“Yogyakarta adalah kota dengan kepadatan perguruan tinggi tertinggi. Tidak ada kota lain yang lebih padat dari Yogyakarta. Kotanya kecil, banyak orang pintar di dalamnya. Namun, ironisnya, juga memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi,” ungkap Dr. H. Riduwan, S.E., M.Ag., Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan di DIY diukur berdasarkan standar pengeluaran per kapita sekitar satu dolar AS per hari.
“Jika seseorang memiliki dua anak dan satu istri, maka kebutuhan pembelanjaannya minimal Rp6.000 per hari per orang. Jika kurang dari itu, maka dikategorikan miskin,” tambahnya.
LAZISMU DIY menegaskan pentingnya melihat kemiskinan struktural secara lebih komprehensif. Semangat gotong royong dan solidaritas sosial yang ada di masyarakat menjadi instrumen penting dalam menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial. Dalam sejarah Yogyakarta, optimalisasi pengelolaan zakat menjadi prioritas utama untuk mengatasi kemiskinan.

Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda DIY, Faishol Muslim, SIP., M.Si. dalam temu donatur yang diadakan bersamaan dengan acara tersebut, menyatakan bahwa pengelolaan zakat harus sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
“Tujuan utama pengelolaan zakat adalah meningkatkan kesejahteraan umat. Undang-undang ini juga menjadi koridor untuk menjaga dana zakat dari penyalahgunaan,” tegasnya.
Faishol juga berharap program LAZISMU DIY semakin fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti melalui pelatihan yang dapat meningkatkan kreativitas dan kemandirian masyarakat. Selain itu, ia mendorong kolaborasi lebih erat antara pemerintah daerah, lembaga, dan pemangku kepentingan lainnya agar upaya pemberdayaan berjalan optimal.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua LAZISMU DIY, Jefree Fahana, mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah mendukung program-program LAZISMU selama ini. Kepercayaan para donatur menjadi motivasi besar bagi LAZISMU untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai wujud komitmen baru di tahun 2025, LAZISMU DIY meluncurkan program Kampung Berkemajuan di Nanggulan, Kulon Progo. Program ini bertujuan untuk menjadi contoh bagi kampung-kampung lain di Yogyakarta dalam pengelolaan mandiri berbasis pemberdayaan masyarakat.
“Kami berharap Kampung Berkemajuan ini dapat menjadi model percontohan bagi kampung-kampung lainnya di Yogyakarta. Program ini dikelola secara mandiri dengan dukungan penuh dari masyarakat dan para donatur,” ujar Jefry.

Melalui Kampung Berkemajuan, LAZISMU DIY berupaya mengurangi ketimpangan sosial dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk hidup lebih sejahtera. Dengan pendekatan yang sistematis dan terencana, LAZISMU optimis dapat terus memberikan dampak positif yang nyata di tengah masyarakat Yogyakarta.
Meskipun menghadapi tantangan besar, LAZISMU DIY optimis dapat berkontribusi dalam pengurangan angka kemiskinan melalui pengelolaan zakat yang transparan dan akuntabel. Public expose ini menjadi momentum penting dalam upaya mengoptimalkan peran lembaga zakat untuk kesejahteraan masyarakat DIY.





