fbpx

60% Rakyat Indonesia Masih Miskin? Zakat Lazismu Bisa Jadi Kunci Keluar dari Krisis Ini!

60% Rakyat Indonesia Masih Miskin

Tahukah kamu bahwa 60% rakyat Indonesia masih tergolong miskin menurut standar Bank Dunia?
Meski tren kemiskinan perlahan menurun, tantangan struktural tetap membayangi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per September 2024, masih ada 24,06 juta penduduk miskin, atau sekitar 8,57% dari total populasi.

Di tengah laju inflasi, kesenjangan ekonomi, dan lapangan kerja yang belum merata, jutaan orang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Bagi mereka, makan dua kali sehari pun sudah menjadi kemewahan.

Namun di balik tantangan ini, tersimpan harapan besar: ZAKAT.


Potensi Zakat di Indonesia: Raksasa yang Belum Terbangun

Menurut estimasi resmi dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), potensi zakat nasional mencapai Rp327 triliun per tahun. Namun, yang berhasil dihimpun pada tahun 2024 hanya sekitar Rp41 triliun. Artinya, lebih dari 85% potensi zakat kita masih belum tergarap.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia sebenarnya memiliki modal sosial dan spiritual yang luar biasa. Jika potensi zakat ini dimaksimalkan, kita bisa:

  • Menciptakan jutaan lapangan kerja

  • Membiayai pendidikan anak-anak miskin

  • Mengentaskan kemiskinan struktural di berbagai daerah

  • Memperkuat ekonomi mikro dan UMKM syariah

  • Membuka akses pelayanan kesehatan yang layak

Zakat bukan hanya instrumen ibadah, tapi juga alat distribusi kekayaan yang sangat efektif.


Zakat dalam Islam: Solusi Sosial Sejak 14 Abad Lalu

Zakat bukan sekadar sedekah biasa. Ia adalah rukun Islam yang mengandung dimensi sosial dan ekonomi sekaligus.
Dalam QS At-Taubah ayat 60, Allah SWT menetapkan 8 golongan penerima zakat, atau dikenal sebagai asnaf. Mayoritas dari mereka adalah kaum miskin, mustahik, dan mereka yang tertindas secara ekonomi.

Islam telah memberikan kerangka kerja distribusi kekayaan yang adil dan berkelanjutan. Zakat bukan hanya untuk menyantuni hari ini, tetapi juga untuk memberdayakan mereka agar bangkit secara ekonomi.


Mengubah Zakat Menjadi Program Nyata: Lazismu sebagai Contoh

Di sinilah peran Lembaga Amil Zakat menjadi krusial. Salah satu lembaga yang telah terbukti mengelola zakat secara transparan, profesional, dan berdampak adalah Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah).

Dengan semangat “memberdayakan dan mencerdaskan,” Lazismu tidak hanya menyalurkan zakat sebagai bantuan sesaat, tapi juga merancang program yang berkelanjutan dan terukur.

Program Ekonomi Mustahik

Contohnya, program Warung Berdaya Lazismu yang membina ibu-ibu dhuafa menjadi pelaku usaha kecil berbasis komunitas. Mereka diberikan:

  • Modal awal usaha

  • Pendampingan bisnis

  • Pelatihan manajemen keuangan syariah

Hasilnya? Banyak yang kini bisa mandiri secara ekonomi dan bahkan menjadi muzakki baru.

Program Pendidikan Berbasis Zakat

Melalui Beasiswa Sang Surya, Lazismu telah mendanai pendidikan ribuan anak-anak yatim dan dhuafa dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Program ini tak hanya meringankan biaya sekolah, tapi juga membentuk karakter dan spiritualitas siswa.

“Kami tidak hanya ingin anak-anak miskin bisa sekolah, tapi juga memiliki masa depan cerah yang berdaya saing,” ujar Ketua Lazismu Pusat dalam salah satu wawancara resmi.

Zakat untuk Tanggap Bencana dan Ketahanan Pangan

Zakat juga dimanfaatkan untuk membantu korban bencana. Melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang bersinergi dengan Lazismu, bantuan diberikan dalam bentuk:

  • Logistik cepat tanggap

  • Dapur umum

  • Hunian sementara

  • Bantuan psikososial

Selain itu, Lazismu juga menjalankan Program Ketahanan Pangan, seperti pengolahan lahan pertanian milik mustahik, penyediaan bibit unggul, hingga pelatihan pertanian berkelanjutan.


Fakta Lapangan: Ketika Zakat Mampu Mengubah Hidup

Mari kita lihat satu contoh nyata:

Bu Siti, janda 3 anak di Yogyakarta, dulunya hidup dari mengais sampah dan berjualan kerupuk keliling. Setelah menerima bantuan dari Lazismu berupa modal usaha dan pendampingan, kini ia membuka warung kelontong kecil yang hasilnya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga SMA.

“Sebelumnya saya bahkan tidak berani bermimpi. Tapi sekarang saya bisa berharap anak saya kuliah,” kata Bu Siti haru.

Kisah seperti Bu Siti adalah satu dari ribuan cerita transformasi yang muncul karena zakat dikelola secara serius dan strategis.


Mengapa Masih Banyak Potensi Zakat yang Belum Tergarap?

Beberapa tantangan yang menyebabkan rendahnya realisasi pengumpulan zakat:

  1. Kurangnya literasi zakat di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas.

  2. Ketidakpercayaan terhadap lembaga pengelola zakat.

  3. Minimnya integrasi sistem digital untuk zakat online.

  4. Ketidaktahuan akan kewajiban zakat profesi dan zakat perusahaan.

Padahal, zakat bukan hanya untuk petani dan pedagang zaman dulu. Hari ini, pegawai kantoran, influencer, pemilik startup, hingga investor saham pun memiliki kewajiban zakat, jika hartanya telah memenuhi syarat (nishab dan haul).


Zakat Adalah Kekuatan Kita Bersama

Zakat bukan sekadar angka. Ia adalah energi umat, kekuatan sosial, dan wujud nyata dari kasih sayang dalam Islam.
Jika setiap Muslim Indonesia yang mampu menunaikan zakat dengan rutin dan memilih lembaga terpercaya seperti Lazismu, maka:

  • Angka kemiskinan bisa ditekan drastis

  • Pendidikan dan kesehatan masyarakat miskin akan meningkat

  • Perekonomian umat akan bangkit dari akar rumput

Berita Terakhir

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Sudah Menunaikan Zakat?
Konsultasi
Admin Lazismu
Hai Orang Baik😊
Ada yang bisa kami bantu?