Bagaimana kisah sedekah Ali bin Abi Thalib mengajarkan kita arti sedekah yang sesungguhnya dalam Islam? Dalam perjalanan hidup, manusia tidak pernah lepas dari dua bentuk hubungan yang saling berkaitan: Mu‘āmalah ma‘allāh (hubungan dengan Allah) dan Mu‘āmalah ma‘annās (hubungan dengan manusia). Hubungan dengan Allah terwujud melalui ibadah, doa, dan rasa syukur atas setiap nikmat yang diberikan-Nya. Sementara hubungan dengan sesama manusia tampak dalam sikap tolong-menolong, saling menghargai, dan menebar kebaikan di kehidupan sehari-hari. Keduanya berjalan seiring, menjadi cermin keseimbangan antara spiritualitas dan kemanusiaan. Salah satu amalan yang mampu merangkul keduanya sekaligus adalah sedekah.
Berbicara tentang sedekah, ia merupakan amalan yang paling disukai Allah karena dampaknya besar bagi diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan mereka meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan bagi mereka pahala yang besar.”(QS. Al-Hadid: 18)
“Pinjaman yang baik”, begitulah Allah menyebut sedekah dalam ayat itu. Ini relate dengan salah satu kisah sahabat Nabi, yakni kisah sedekah Ali bin Abi Thalib yang menunjukan bahwa sedekah bukan soal seberapa mampu, tapi tentang soal mau.
Apa itu pinjaman yang baik? Baca disini
Kisah Sedekah Ali bin Abi Thalib: Dari 6 Dirham Menuju Berkah Berlipat
Suatu hari, setelah berkunjung ke rumah Rasulullah, Ali pulang dan mendapati istrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra, sedang memintal benang bersama Salman al-Farisi. Dalam keadaan lapar, Ali bertanya kepada istrinya apakah ada makanan di rumah. Fatimah menjawab lembut bahwa mereka tak memiliki apa pun selain enam dirham upah memintalnya yang hendak ia belikan makanan untuk Hasan dan Husain.
Ali pun mengambil enam dirham itu dan berniat membelikan makanan untuk anak-anaknya. Namun di tengah jalan, ia melihat seorang lelaki yang sedang memohon pertolongan, mencari orang yang bisa meminjamkannya uang demi kebutuhan mendesak. Tanpa berpikir panjang, Ali memberikan seluruh uang yang ia bawa, semata-mata karena Allah.
Ketulusan yang Membuka Jalan Rezeki
Saat pulang dengan tangan kosong, Fatimah terharu dan menangis lembut, bertanya mengapa suaminya kembali tanpa membawa apa pun. Ali menjawab dengan tenang, bahwa ia telah menyerahkan uang itu kepada seseorang yang lebih membutuhkan. Meski sempat sedih, Fatimah menerima keputusan itu dengan penuh keimanan.
Tak lama setelah itu, Ali kembali keluar rumah untuk menemui Rasulullah ﷺ. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang Arab dusun (A’rabi) yang sedang menuntun seekor unta untuk dijual.
“Wahai Ali, belilah unta ini seharga seratus dirham,” kata si penjual.
Ali menjelaskan bahwa ia tidak memiliki uang sepeser pun, namun sang penjual menawarkan pembayaran tempo. Ali pun setuju.
Beberapa saat kemudian, Ali bertemu seseorang yang tertarik membeli unta tersebut.
“Berapa engkau jual unta ini, wahai Ali?” tanyanya.
Ali menjawab, “Tiga ratus dirham.”
Tanpa tawar-menawar, orang itu langsung membayar tunai tiga ratus dirham.
Sedekah Tidak Pernah Mengurangi Harta
Dengan penuh rasa syukur, Ali segera menemui penjual unta pertama dan membayar seratus dirham yang menjadi haknya. Sisanya, dua ratus dirham, ia bawa pulang dan diserahkan kepada Fatimah. Mendengar kisah suaminya, Fatimah tersenyum haru dan berkata,
“Engkau telah mendapatkan taufik dari Allah — keberkahan karena keikhlasan sedekahmu enam dirham.”
Kisah sedekah Ali bin Abi Thalib ini menjadi bukti nyata bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan sebaliknya, membuka pintu-pintu rezeki yang tak disangka-sangka. Ketulusan yang ditunjukkan menjadi pelajaran berharga bahwa rezeki bukan hanya tentang angka, melainkan tentang niat. Ia memberi bukan karena berlebih, tapi karena yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan kebaikan sekecil apa pun. Ketulusan menjadi magnet keberkahan yang mengubah keterbatasan menjadi kecukupan.
Sedekah juga mengajarkan bahwa harta yang diberikan tidak akan pernah berkurang. Justru, ia menjadi sumber pahala dan kebaikan yang terus mengalir. Banyak orang takut kehilangan ketika memberi, padahal Allah menjanjikan balasan yang berlipat. Kisah ini membuktikan bahwa setiap pemberian karena Allah akan kembali sebagai keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.
Mari ikuti teladan kisah sedekah Ali bin Abi Thalib dengan hati yang ikhlas melalui jalankebaikan.id, dan rasakan bagaimana Allah membuka jalan rezeki dari arah yang tak disangka.
Mari