Setelah bulan Ramadan berakhir, umat Islam tidak hanya merayakan hari kemenangan atas puasa sebulan, tetapi juga meneruskan ibadah dengan puasa sunnah Syawal. Namun, dalam pelaksanaannya, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah memberikan kebebasan terkait cara melaksanakan puasa Syawal.
Menurut pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, puasa sunnah Syawal bisa dilakukan dengan dua cara yang berbeda. Pertama, umat Islam dapat memilih untuk menjalani puasa enam hari secara berturut-turut. Kedua, mereka juga bisa melaksanakan puasa tersebut secara terpisah-pisah, menyesuaikan dengan jadwal dan kesibukan individu masing-masing.
Fleksibilitas ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk menyesuaikan pelaksanaan puasa Syawal dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Beberapa mungkin memilih untuk melaksanakannya berturut-turut guna merasakan konsentrasi spiritual yang lebih mendalam, sementara yang lain membagi-baginya demi menghindari kelelahan atau menyesuaikan dengan kesibukan sehari-hari.
Keutamaan Puasa Syawwal,
Saad umat Islam memasuki bulan Syawal, berbagai keutamaan puasa sunnah menjadi landasan dalam meraih berkah. Pertama, puasa sunnah menjadi perisai dari api neraka, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id al-Khudri r.a. “Barangsiapa berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka selama 70 tahun.” Hal ini menunjukkan bahwa setiap hari puasa adalah kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedua, malaikat senantiasa bershalawat atas orang yang berpuasa, sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Umi Umarah binti Ka’ab. Rasulullah saw menjelaskan bahwa ketika ada seseorang yang berpuasa dan ada perjamuan makan di dekatnya, malaikat akan terus memberikan shalawat kepadanya sampai perjamuan tersebut selesai. Hal ini menunjukkan bahwa setiap puasa tidak hanya diperhatikan oleh Allah, tetapi juga mendapatkan perhatian istimewa dari malaikat-Nya.
Ketiga, puasa sunnah memiliki kekuatan untuk menghapus dosa-dosa yang telah lalu serta seakan akan seperti puasa setahun penuh. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah, Nabi saw menjelaskan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa. Sementara puasa Asyura’ juga memiliki keutamaan yang serupa dalam menghapus dosa-dosa yang telah terjadi. Hal ini menegaskan bahwa setiap ibadah puasa, baik wajib maupun sunnah, memiliki potensi untuk membersihkan jiwa dan menyucikan diri dari kesalahan masa lalu.
Dengan memahami dan mengamalkan tiga keutamaan puasa sunnah ini, umat Islam diharapkan mampu menjalani ibadah puasa dengan lebih khusyuk agar mendapatkan keutamaan seperti puasa setahun penuh. Seiring berjalannya waktu, puasa sunnah tidak hanya menjadi rutinitas ibadah semata, tetapi juga jalan menuju pemurnian jiwa dan peningkatan kualitas spiritual yang mendalam.